Sensor arus LEM LT305-S semakin populer di kalangan insinyur Indonesia berkat akurasi dan keandalannya. Bagaimana perangkat ini membantu mengoptimalkan sistem kelistrikan di pabrik hingga proyek energi terbarukan? Simak cerita nyata penggunaannya!
Di sebuah pabrik otomotif di Karawang, sensor LT305-S berhasil mengurangi downtime mesin produksi hingga 40%. Teknisi menggunakan sensor ini untuk memantau arus pada motor listrik berdaya tinggi. Fitur respons cepat 3μs-nya mampu mendeteksi fluktuasi arus secara real-time, mencegah kerusakan akibat overload sebelum terjadi.
Proyek PLTS 10MW di Nusa Tenggara Timur memanfaatkan 200 unit LT305-S untuk sistem monitoring inverter. Kemampuan pengukuran bidirectional (±300A) dan toleransi suhu -40°C hingga +85°C membuatnya ideal untuk lingkungan tropis ekstrem. 'Sensor ini bertahan di cuaca panas terik dan hujan deras tanpa kalibrasi ulang selama 2 tahun,' ujar Manajer Proyek, Andi Wijaya.
Keunggulan LT305-S:
1. Desain kompak dengan isolasi galvanik 4.8kV
2. Konsumsi daya rendah (15mA)
3. Kompatibel dengan berbagai sistem PLC lokal
4. Sertifikasi internasional untuk aplikasi CE dan UL
Pengembang stasiun pengisian EV di Bali menggunakan sensor ini untuk smart charging system. Integrasi dengan IoT platform memungkinkan monitoring jarak jauh melalui smartphone. 'Akurasi 0.5% benar-benar memengaruhi efisiensi biaya operasional,' kata CTO startup tersebut.
Bagi yang ingin mengimplementasikan LT305-S, pastikan:
- Gunakan shielding kabel untuk area dengan interferensi elektromagnetik
- Lakukan pembersihan terminal secara berkala di lingkungan berdebu
- Manfaatkan fitur built-in overcurrent protection untuk sistem safety
Dengan harga kompetitif dan dukungan teknis dari distributor resmi di Jakarta dan Surabaya, LT305-S menjadi solusi hemat biaya untuk modernisasi industri 4.0 di Indonesia.