Sensor arus CTSR2 dari LEM semakin populer di kalangan teknisi dan insinyur Indonesia. Kenapa? Karena sensor ini menawarkan presisi tinggi dengan respons cepat untuk aplikasi industri berat hingga sistem energi terbarukan. Di pabrik otomotif di Karawang, sensor ini digunakan untuk memantau efisiensi motor listrik. Hasilnya? Penghematan energi mencapai 15% dalam 3 bulan pertama pemasangan. Kasus lain datang dari PLTS di Nusa Tenggara Timur. CTSR2 berhasil mendeteksi fluktuasi arus pada panel surya secara real-time, mencegah kerusakan inverter saat terjadi perubahan cuaca ekstrem. Yang bikin praktisi senang, desainnya yang compact memudahkan instalasi di panel kontrol sempit. Untuk proyek EV charging station di Bali, CTSR2 dipilih karena kemampuannya bekerja stabil di suhu 40°C dengan akurasi tetap terjaga ±0.5%. Fitur galvanic isolation-nya juga jadi andalan untuk aplikasi tegangan tinggi. Mau bukti ketahanan? Sebuah pabrik kimia di Surabaya melaporkan sensor ini tetap berfungsi normal meskipun terpapar getaran konstan dari mesin produksi. Bagi yang khawatir dengan kompatibilitas, CTSR2 support berbagai output signal mulai dari 4-20mA hingga voltage output. Ini memudahkan integrasi dengan SCADA system yang sudah ada. Masih ragu? Coba bandingkan dengan sensor biasa saat terjadi short circuit. CTSR2 bisa memberikan pembacaan arus 500A dalam 2 mikrodetik - 10x lebih cepat dari sensor generasi sebelumnya.