Sensor arus LEM HAS100-S semakin populer di kalangan engineer Indonesia sebagai komponen kritis dalam sistem kontrol industri dan manajemen energi. Dengan akurasi 0.5% dan kemampuan mengukur arus hingga 100A, sensor ini menjadi pilihan utama untuk aplikasi yang membutuhkan presisi tinggi. Salah satu studi kasus menarik datang dari pabrik pengolahan kelapa sawit di Riau yang berhasil mengurangi downtime mesin hingga 40% setelah menerapkan HAS100-S pada sistem motor listrik mereka. Teknologi closed-loop Hall Effect yang digunakan memungkinkan deteksi arus DC/AC dengan respons cepat 3μs, sangat cocok untuk aplikasi inverter dan sistem tenaga surya. Baru-baru ini, startup energi terbarukan di Bali menggunakan kombinasi 32 unit HAS100-S dalam smart microgrid mereka, berhasil meningkatkan efisiensi distribusi daya sebesar 15%. Keunggulan lain terletak pada desain kompaknya yang hanya 45mm x 30mm, memudahkan integrasi dalam panel kontrol sempit. Untuk proyek listrik pedesaan di NTT, sensor ini terbukti handal bekerja pada suhu -40°C hingga +85°C dengan proteksi IP67. Biaya maintenance yang rendah dan kalibrasi otomatis melalui antarmuka digital membuatnya ekonomis untuk skala UMKM. Dengan sertifikasi internasional seperti UL dan CE, HAS100-S tidak hanya meningkatkan keandalan sistem tetapi juga membuka peluang ekspor untuk produk elektronik lokal.