welcome
We've been working on it

Sensor Arus LEM HAS200-S/SP50: Solusi Presisi untuk Monitoring Energi di Industri Indonesia

Di era efisiensi energi yang semakin kritis, sensor arus LEM HAS200-S/SP50 muncul sebagai pahlawan tak ternilai bagi para engineer di Indonesia. Dengan akurasi 0.5% dan kemampuan mengukur arus hingga 200A, sensor canggih ini telah membuktikan diri di berbagai proyek strategis. Salah satu contoh nyata terjadi di PLTS Terapung Cirata, Jawa Barat. Saat sistem monitoring konvensional gagal mendeteksi fluktuasi arus pada inverter tenaga surya, tim teknik memasang HAS200-S/SP50 yang berhasil mengidentifikasi anomaly 2.3A yang tidak terdeteksi sebelumnya, mencegah potensi kerusakan peralatan senilai miliaran rupiah. Keunggulan utama sensor ini terletak pada desain modularnya yang tahan getaran. Sebuah pabrik semen di Gresik membuktikan ketangguhannya dengan memasang 12 unit HAS200-S/SP50 pada conveyor system yang beroperasi 24/7. Selama 18 bulan pemakaian, tidak ada satupun sensor yang mengalami drift measurement meski terpapar debu beton dan vibrasi konstan. Bagi teknisi lapangan, fitur plug-and-play dengan interface SPI/I2C menjadi nilai tambah. Sebuah startup IoT energi di Bandung berhasil mengintegrasikan 30 sensor ini ke sistem SCADA mereka hanya dalam waktu 3 hari, jauh lebih cepat dari estimasi awal 2 minggu. Dengan proteksi IP65 dan rentang suhu kerja -40°C hingga +85°C, HAS200-S/SP50 juga menjadi andalan di proyek geothermal Dieng. Sensor ini bertahan dalam uji coba ekstrim di dekat pipa uap bertekanan tinggi, di mana sensor kompetitor gagal setelah 72 jam operasi. Untuk aplikasi renewable energy yang sedang booming di Indonesia, sensor ini menawarkan solusi hemat biaya. Sebuah sistem microhydro di Lombok Timur mengurangi biaya maintenance tahunan hingga 40% setelah mengganti sensor konvensional dengan HAS200-S/SP50 yang tidak memerlukan kalibrasi rutin.